Fuzi Maulana Ashari, Maimunnah
dan Widana (Mahasiswa Fakultas Pertanian UNISKA Banjarmasin). Pemanfaatan
Limbah Cangkang Udang Sebagai Alternatif Campuran Bahan Pakan Itik Alabio.
Itik alabio (anas plathycus Borneo) merupakan
salah satu flasma nutfah di Kalimantan Selatan yang berkembang di daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Itik alabio dulu dikenal sebagai itik banar atau
itik bujur. Dan pemberian nama itik alabio di latar belakangi kebiasaan orang
yang membeli bibit di pasar Alabio (Rahardi dan Kastyanto, 1982).
Ciri itik alabio secara umum,
bentuk tubuh itik alabio membuat garis segitiga dengan kepala yang kecil
membesar kebawah. Berdiri tidak telalu tega, membentuk sudut kurang lebih 60
derajat dengan dasar tanah.warna bulu pada betina kuning ke abu-abuan dengan
ujung bulu sayap, ekor, dada, leher dan kepala sedikit kehitaman sedangkan yang
jantan berwarna abu-abu kehitaman dan pada ujung ekor terdapat bulu yang
melengkung ke atas. Warna paruh dan kaki kuning. (Wasito dan Roehani, 1994).
Itik alabio merupakan salah satu
itik dwi guna karena mampu memproduksi telur dan daging. Itik alabio betina
mempunyai kemampuan bertelur hingga 300 butir/ekor/tahun apabila dikelola
secara intensif, sedangkan itik alabio jantan dapat diusahakan dengan upaya
penggemukan. Itik alabio.
Keistimewaan itik alabio adalah
tidak mutlak membutuhkan air untuk berenang sehinnga itik alabio dapat
dipelihara sepenuhnya didalam kandang,Itik alabio memiliki pertumbuhan yang
cepat dan mampu bertahan dalam segala kondisi lingkungan sehingga jarang
terserang penyakit (Murtidjo, 1994) tapi yang jadi kendala dalam
pemeliharaannya adalah masalah biaya pakan yang hampir mencapai 70% dari total
biaya produksi (Rasyaf, 1994).
Perlu dicarikan pakan alternatif,
salah satunya adalah limbah cangkang udang. Selain mencegah pencemaran
lingkungan, pemanfaatannya ternyata juga dapat dijadikan makanan sampingan
untuk itik alabio.
Limbah cangkang udang dapat
dimanfaatkan lebih optimal khususnya sebagian pengganti tepung ikan dalam pakan
mendukung program peningkatan produksi peternakan. Terutama dalam usaha
meningkatkan devisa eksport non migas. Hal ini mengingat bahwa Indonesia
masih banyak mendatangkan tepung ikan dari luar dan jumlahnya selalu meningkat
setiap tahun.
Penggunaan limbah cangkang udang ini dapat meningkatkan
produksi telur, warna kuning telur dan daging menjadi cerah kemerahan, apabila
diberikan tepung cangkang udang sebesar 30% (Sinurat, 1999). Sedangkan
pemberian dibawah 20% maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan itik alabio
jantan (Misana, 2004), Sedangkan (Purwatiningsih, 1995)
menyatakan bahwa limbah yang berupa kepala udang masih bisa dimanfaatkan
menjadi produk lanjut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi misalnya khitin,
tepung ikan untuk pakan ternak, dan flavour udang.
Cangkang udang terdiri dari
kepala dan kulit, merupakan limbah yang banyak ditemui didaerah pantai terutama
didaerah yang mempunyai pabrik udang dan
penampungan udang untuk ekspor. Cangkang udang yang basah mempunyai
kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11%
calcium dan 1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30% dapat
meningkatkan telur itik cukup tinggi (Prasetyo, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar